Label

Seni (14) Features (8) Informasi (8) Budaya (6) Puisi (5) Tokoh (4) Lensa (3) Sastra (3) Buku (2) Umum (2) Cerpen (1) Komunitas (1) Resensi (1)

Tuesday, May 31, 2011

LOMBA MENULIS PUISI: KADO UNTUK GURU 2011

Pendaftaran: 5 Maret s/d Deadline 25 Juni 2011

Mengusung Berkesenian, Cerdaskan Anak Bangsa

dengan Berkarya dalam tema “Pendidikan & Guru”

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, pekerjaan yang mulia, dulu guru adalah gudangnya sumber ilmu, dan dengan kemajua n tekhnologi yang canggih, maka guru adalah sebagai fasilitatornya murid. Cerdaskan anak dengan pendidikan, hormati guru dengan keikhlasan. Untuk para guru “Mengapa Anda Menjadi Guru? pernahkan anda Tuliskan min 10 Alasan anda menjadi guru?” Untuk para murid, mari sejenak mengingat masa sekolah kita dulu “Adakah guru yang paling kita sukai? Adakah guru yang paling tidak kita sukai?” rekam dan ingatlah. Maka dengan itu lomba ini saya adakan dengan tujuan untuk menjaring semangat dari teman-teman sebuah ajang kreasi “Cipta Puisi” dengan tema “Pendidikan & Guru” seberapa besar Kado penghargaan seorang guru dalam membimbing dan memberikan kecerdasan dalam dunia pendidikan.

Adapun ketentuan/kriteria perlombaan cipta puisi adalah sebagai berikut:

1. Peserta adalah Warga Negara Indonesia, TKI / TKW, tidak dibatasi umur (Pelajar, Mahasiswa, Guru, Umum, dll)
2. Naskah harus asli karya sendiri, bukan jiplakan atau terjemahan dan sedang tidak diikutkan pada lomba yang bersamaan.
3. Bertemakan: pendidikan / guru
4. Bentuk puisi bebas, halaman bebas, ditulis / diketik dalam Bahasa Indonesia
5. Naskah ditunggu selambat-lambatnya 15 Juni 2011 cap pos. Pemenang akan diumumkan 25 Juni 2011. di blog, Facebook Ady Azzumar, Group Rumah Puisi, Email.

Tehnik Pengiriman Naskah:

1. Via Email: Tulisan diketik dan dikirim ke Email: indonesiaku2011@yahoo.co.id (lampirkan biodata naratif + No Hp, naskah karya, dan bukti transfer) Peserta lomba wajib membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 25.000 ke No. Rekening: 801-09-91003 Bank SUMSEL BABEL cabang Syariah Palembang. Atas Nama: Supriadi

atau

2. Melalui Via Pos: (Naskah print / tulis + Uang Pendaftaran 25.000, + Biodata lengkap dan No. Hp). Kirim:

Kepada: Ady Azzumar (Supriadi, S.Pd.I)

Alamat: Jl. Ir. H. Djuanda No. 21 Kelurahan Ps III Muara Enim, 31314 (SUMSEL) cp. 085267557556

Dewan Juri:

Puisi akan dinilai oleh 3 dewan juri:

1. Mukhlis Rais, Lc. M. Pd. I (Penulis, Ketua FLP Mesir 2003-2005)

Mukhlis Rais, mantan ketua FLP Mesir 2003 – 2005. aktif menulis di berbagai media: Sriwijaya (Cairo), Suara Musi (Cairo), Ukazh (Cairo), Izzah (Cairo) Raudhatuna (Cairo), Tarbawi, Republika, Sumatera Ekpres. Sanili, Koran Jum’at, dll. Karya dalam bentuk Antalogi Bersama: Ketika Nyamuk Bicara FLP SUMBAGSEL (Zikrul Hakim, 2004), Kado Untuk Mujahid FLP Mesir (Fikri, 2004), Matahari Tak Pernah Sendiri, Di Sini Ada Cinta (LPPH, 2004). Pernah aktif membina FLP Cabang Ogan Ilir & FLP Ranting Raudhatul Ulum Palembang. sekarang sebagai Staf Pengajar di STAIN Langsa ACEH.

2. Yadhi Rusmiadi Jashar (Penulis, Guru Bahasa Indonesia, Pimred Majalah PANTAU (1995-1997)

Yadhi Rusmiadi Jashar bernama asli Rusmiadi, S.Pd, lahir 12 Maret 1973. menamatkan studi di Universitas Sriwijaya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, tahun 1998. Pekerjaan yang ditekuni, antara lain Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 19 OKU (1999), Dosen FKIP Universitas Baturaja (2003), dan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 41 OKU (2010). Semasa kuliah aktif di beberapa organisasi kampus, di antaranya Ketua II HMPSBI FKIP Unsri (1995-1996). Ketua Umum UKM Teater Unsri (1994-1996), dan Pimpinan Redaksi Majalah PANTAU FKIP Unsri (1995–1997). Selain itu, turut membidani lahirnya Komunitas Pengarang dan Penyair Muda Palembang sebagai Koordinator I (1995–1997). Aktif menulis sejak duduk di bangku SMA, ditandai dengan dimuatnya cerpen Gigolo dan cerpen Gigolo Tua di Harian Sriwijaya Post. Karya-karya berupa cerpen, puisi, esei, dan artikel pernah dimuat Buletin Priiit, Majalah Gelora Sriwijaya, Majalah Pantau, Harian Sumatera Ekspres, Sriwijaya Post, dan Lampung Post, dan sebagainya. Menerbitkan secara terbatas buku kumpulan cerpen Orator (1995) dan kumpulan cerpen remaja Seraut Wajah dalam Bayangan (1996). Beberapa prestasi yang pernah dicapai, antara lain Juara I LKTI Tahun 1996 di Unsri, juara I LKTI Tahun 1997 di Unsri, Juara I Lomba Kritik Sastra Se-Sumatera Selatan Tahun 1997, Juara Harapan I LKTI Se-Sumatera dan DKI Jakarta Tahun 1997 di Universitas Bengkulu, dan Juara Harapan II Lomba Cipta Cerita Pendek se-Sumsel Tahun 1997 di Palembang. Beberapa kali diminta menjadi juri lomba baca puisi dan baca cerpen.

3. Ady Azzumar Creator Grop FB Rumah Puisi.

Ady Azzumar bernama asli Supriadi, S.Pd.I Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah SUMSEL th. 2008-2010, Aktifis Forum Media Dakwah Indonesia. Buku pertamanya kumpulan puisi “Ruh dalam Maksiat” penerbit Lieterer Kahtulistiwa (November 2010), “Kerdam Cinta Palestina” Antalogi bersama FLP se-Sumatera. (polifenol 2010). “Simponi Munajat Pada-Mu” (Oktober 2010). Munajat Sesayat Do’a (Leutika, 2010) antalogi puisi festival bulan purnama majapahit (2011) Antalogi: Kisah Hewan bersama 30 penulis Indonesia (2010), Antalogi “Pahlawan yang Menginspirasiku” bersama 20 penulis Indonesia.

Karyanya pernah nongkrong di: Majalah Sabili, Gi-Zone, Gaul, Gemilang Prestasi, Harian Sriwijaya Post, Berita Pagi, Sumatera Ekpres, dll. Prestasinya: Juara II menulis cerpen se-Sumsel (2007) di Palembang, Juara Harapan II menulis puisi se-Sumsel (2007) di Palembang. Juara III menulis puisi se-Sumsel (2009) di Lubuk Linggau. Cerpen Pilihan Terbaik Kategori Kontroversi, UNSA AWARDS 2010. Juara terfavorit 1 lomba Puisi Islami Rhomadhan 1431 H, Juara 1 puisi Pahlawan Inspirasi FLP Bekasi (2010), Nominasi 10 terbaik dalam lomba cipta puisi 1 Muharram ( group UNSA 2010)

Keputusan dewan juri mutlak tidak dapat diganggu gugat, dan hal-hal yang menjadi penilaian oleh dewan juri, di antaranya: 1. Kesesuaian Tema 2. Kekuatan Metaphor dan Diksi, 3. Keindahan Puisi, 4. Kekuatan Pesan\Makna 5. Pemilihan Judul

Hadiah Pemenang Lomba :

1. Juara 1: Uang tunai 500.000,- + Sertifikat penghargaan + T-Shirt dari Singapura oleh: Nessa Meta Kartika, mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + Buku kumcer Bulan Celurit Api karya Benny Arnas + Buku Kumcer Tangan untuk Utik karya Bamby Cahyadi + Buku Fiksi karya Uda Agus (Gusrianto) + buku puisi Ruh dalam Maksiat karya Ady Azzumar
2. Juara 2: Uang tunai 300.000,- Sertifikat penghargaan + T-Shirt dari Singapura oleh: Nessa Meta Kartika, mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + KUMCER Bulan Celurit Api karya Benny Arnas + Kumcer Tangan untuk Utik karya Bamby Cahyadi + Buku Fiksi karya Uda Agus (Gusrianto) buku puisi Ruh dalam Maksiat karya Ady Azzumar
3. Juara 3: Uang tunai 200.000,- Sertifikat penghargaan + T-Shirt dari Singapura oleh: Nessa Meta Kartika, mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + KUMCER Bulan Celurit Api karya Benny Arnas + Kumcer Tangan untuk Utik karya Bamby Cahyadi + Buku Fiksi karya Uda Agus (Gusrianto) buku puisi Ruh dalam Maksiat karya Ady Azzumar
4. Akan dipilih seratus lima puluh (150) naskah terbaik untuk diterbitkan & Semua peserta tanpa terkecuali akan mendapatkan Piagam Penghargaan dengan Logo Group Rumah Puisi, logo Facebook, dan logo cover buku. Dikirim melalui via email peserta (dua minggu pengiriman setelah pengumuman lomba, melalui via email masing-masing).

Demikian pemberitahuan lomba puisi ini saya sampaikan, semoga terjalin kerjasama yang baik di antara penyelenggara dan peserta, serta pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam lomba puisi ini. TERIMAKASIH. Info ini boleh disebarkan ke sekolah-sekolah, perpustakaan, dll. Mari beri kado untuk gurumu dengan sebuah puisi.

Penyelenggara dan info lengkap Creator Grop FACEBOOK Rumah Puisi

Ady Azzumar: Jl. Ir. H. Djuanda No. 21 Kelurahan Ps III Muara Enim, 31314 (SUMSEL) CP 085267557556

Monday, May 30, 2011

Tari Angguk


Gemulainya Sang Prajurit





Pancasila...

Minongko dasar negoro...



Kalimat pembuka itu sudah mulai terdengar dari suara penyanyi perempuan yang bening melengking. Terasa begitu harmonis berpadu dengan suara bebunyian yang keluar dari kendang, bedug, tambur, kencreng, rebana, terbang, dan jidor ditabuh oleh 10 orang pemusik secara bersamaan.

Tak lama, 12 penari perempuan berkostum prajurit kompeni Belanda berlengan panjang hitam yang dibagian dada dan punggunya berhiaskan lipatan-lipatan kain kecil berwarna kombinasi merah-kuning. Kaki mereka yang berbungkus stocking warna kulit, tampak jenjang dengan balutan celana pendek ketat yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih di sisi luarnya. Rambut panjang mereka tertutup rapi oleh topi hitam yang tepinya diberi kain berwarna merah-putih dan kuning emas.

Sesuai dengan namanya, gerakan kepala keduabelas penari ini terlihat seperti mengangguk-angguk. Ini membuat 2 jambul bulu yang terpasang di depan topi mereka.

Perempuan yang awal masuk panggung berlagak seperti pria itu, kemudian perlahan mulai menampilkan gerakan-gerakan tarian yang terlihat berbeda saat pertama kali mereka memasuki panggung.

Seiring dengan lantunan musik yang temponya pun semakin meninggi, 12 perempuan cantik itu semakin larut dalam menggerakkan tangan kepala, bahu bahkan pinggul dan pantat mereka. Tak heran, tarian ini memang lebih memperlihatkan eksotisme gerakan pinggul dan kirig (bahu).

Di sesi terakhir, 2 orang penari tampak semakin liar. Inilah yang disebut dengan trance (ndadi). Kedua penari yang memang tengah kerasukan ruh halus ini semakin tak terkontrol. Mulai dari gerakan tari yang semakin menjadi, hingga pada aksi makan sesaji, dan kemenyan.

Masyarakat mengenal tarian ini dengan sebutan Angguk. Terlepas dari nama yang memang disesuaikan dengan gerakan kepala penarinya yang mengangguk-angguk, tarian ini dikenal sebagai tarian khas Kulonprogo.

Tak mudah memang, merunut asal mula darimana pertama kali tarian ini berasal. Namun yang pasti, tarian ini tidak hanya terdapat di Kulonprogo.

Diakui sendiri oleh Sri Wuryanti Surajio, seorang seniman pendiri sanggar tari Angguk Sri Panglaras Kulonprogo, bahwa memang tidak hanya di Kulonprogo saja Tari Angguk terdapat. Ternyata di beberapa daerah lain seperti Purworejo, bahkan Wonosobo.

Bahkan, diakuinya pula, Tari Angguk ditengarai memang berasal dari Desa Bagelen, yang kini secara administratif masuk wilayah Kabupaten Purworejo. ”Tapi kan memang lokasinya berdekatan dengan kami,” ujarnya.

Memang, sanggar miliknya bisa dikatakan sebagai satu-satunya sanggar yang pertama kali kembali mempopulerkan Tari Angguk di Kulonprogo. ”Saat itu sekitar tahun 1991,” ucapnya.

Dikisahkannya, jauh sebelum itu, sekitar tahun 1950an, sebenarnya Tari Angguk pertama kali masuk ke Kulonprogo. Awalnya, tarian ini dimainkan sebagai tarian pergaulan para remaja dan biasa digelar setelah musim panen tiba sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Namun, ketika masuk ke Kulon Progo, tarian ini kemudian dimainkan oleh kaum laki-laki. Tetapi sekitar tahun 1970, terjadi pergeseran sehingga dimainkan oleh kaum perempuan dengan dirintisnya beberapa kelompok kesenian Tari Angguk putri yang dirintis oleh Sri Panglaras dimana saat itu masih bernama Sri Lestari.

Meski hingga kini belum ditemukan keterangan yang jelas alasan perubahan penari tersebut, namun faktor komersialisme dan tuntutan pasar hiburan diperkirakan menjadi tolok ukur perubahannya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam dunia hiburan penari perempuan lebih menarik jika dibandingkan dengan pria.

Hal ini tidak bisa dipungkiri, bahkan oleh Sri sendiri. Menurutnya, selain lebih luwes, ternyata masyarakat dalam hal ini penonton, lebih menyukai seorang penari perempuan daripada laki-laki.

Dengan alasan inilah kemudian, Sri memodifikasi gerakan yang memang semula dilakukan oleh laki-laki. ”Tanpa mengubah peran, hanya memodifikasi gerakan,” tukasnya.

Diakuinya, tak benar jika ada orang mengatakan Tari Angguk sudah ditinggalkan. Buktinya adalah dengan masih eksisnya sanggar Tari Angguk miliknya yang berada di Pripih, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap.

Jika awalnya, Tari Angguk lebih bersifat sakral, dengan menggunakan tetembangan yang diambil dari Kitab Barzanji yang menceritakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Kini, lantaran semakin banyaknya permintaan dari kalangan non religi, maka syair-syair Islami pun kini sudah bergeser ke syair-syair yang bersifat nasionalis. ”Tapi masih menggunakan bahasa Jawa,” ungkapnya.

Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpor) Kulonprogo, Sarjana mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan pembinaan kepada setiap seniman yang ada di Kulonprogo. ”Salah satunya adalah dengan penyelenggaraan Festival Kesenian Rakyat yang dilaksanakan beberapa hari lalu,” ucapnya.

Selain itu, dirinya juga menegaskan bahwa pihak Disbudparpor kini tengah mengupayakan promosi wisata dengan menggunakan Tari Angguk sebagai salah satu ikonnya.

Sedangkan dari pihak Dewan Kebudayaan Kulonprogo (DKPP), Imam Syafei, ketua DKPP mengatakan bahwa pihak pemerintah jangan hanya memanfaatkan Tari Angguk sebagai ikon simbol promosi wisata saja, melain kan juga harus sesegera mungkin menerbitkan kebijakan-kebijakan yang bersifat protektif terhadap seni tradisonal asli Kulonprogo, tak terkecuali Tari Angguk.

Menurutnya, upaya protektif tersebut kini sangat diperlukan untuk melestarikan kesenian tradisional. Upaya protektif tersebut menurutnya bisa dilakukan oleh Dinas Pendidikan dalam hal pembinaan.

Terkait hal ini, Kepala Seksi Pendidikan Kesenian Pelajar Joko Mursito mengatakan, meski Tari Angguk kini digolongkan sebagai kesenian unggulan yang telah mandiri, namun bukan berarti pembinaan tidak diperlukan. ”Untuk ini kami menyerahkan sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing untuk menempatkan pendidikan tari ini pada kurikulum muatan lokalnya,” ucapnya.

Sunday, May 29, 2011

SAYEMBARA MENULIS KARYA-Q 2011

Syarat & Ketentuan

-LOMBA CERPEN-

1. Lomba terbuka untuk pelajar SMP, SMA dan Mahasiswa/Umum (WNI/WNA) kecuali panitia, dewan juri dan keluarganya.

2. Lomba terbuka untuk perorangan dan bukan kelompok.

3. Lomba dibuka tanggal 10 Februari 2011 dan ditutup tanggal 15 Juni 2011.

4. Kategori Lomba :

§ Kategori A (Pelajar SMP)

§ Kategori B (Pelajar SMA)

§ Kategori C (Mahasiswa / Umum)

5. Tema Cerita : “Kehidupan Remaja Memiliki Banyak Warna Kehidupan” (Cinta, Kebahagiaan, Harapan, Kepedihan, Kegagalan dan Kekecewaan).

6. Judul bebas tetapi harus sesuai dengan Tema Cerita.

7. Peserta diperbolehkan mengirim maksimal 5 judul karya.

8. Naskah ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik, benar, indah dan komunikatif.

9. Naskah harus asli dan belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang diikutsertakan dalam lomba yang serupa.

10. Membayar biaya pendaftaran Rp. 20.000/judul ke Bank Muamalat cabang Pancoran T1 No.Rek 012.798.3709 a.n Ria Syafira.

11. Ketentuan naskah :

§ Diketik di atas kertas ukuran A4 dengan jarak 1,5 spasi, format 12 point, font Times New Roman, margin kiri-kanan justified (rata).

§ Panjang naskah minimal 10 (sepuluh) halaman, maksimal 15 (lima belas) halaman.

§ Setiap naskah yang diikutsertakan wajib disertai synopsis (ringkaran cerita) yang terpisah dengan naskah asli.

12. Naskah dan synopsisnya dikirim dengan format MS.Word beserta scan atau foto bukti pembayaran pendaftaran, foto bebas ukuran 4 x 6, scan identitas diri (KTP/ Kartu Pelajar/ Kartu Mahasiswa/ SIM/ Paspor yang masih berlaku).

13. Kirim naskah dan persyaratannya ke alamat email : asiknyaduniass@gmail.com dengan subyek “CerpenQ - Kategori A/B/C”.

14. Hasil lomba diumumkan 15 Juli 2011 melalui website : http://asiknya-dunia.co.cc Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat.

15. Naskah yang dilombakan menjadi milik Karyaku dengan hak cipta milik pengarangnya.


HADIAH PEMENANG

Kategori A (Pelajar SMP)

Ø Juara I Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Sertifikat

Ø Juara II Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Sertifikat

Ø Juara III Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Sertifikat

Ø 5 Juara Favorite Uang Tunai @Rp 500.000,- + Sertifikat .

Kategori B (Pelajar SMA)

Ø Juara I : Uang Tunai Rp 2.500.000,- + Sertifikat

Ø Juara II : Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Sertifikat

Ø Juara III :Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Sertifikat

Ø 5 Juara Favorite : Uang Tunai @Rp 750.000,- + Sertifikat

Kategori C (Mahasiswa/Umum)

Ø Juara I : Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Sertifikat

Ø Juara II : Uang Tunai Rp 2.500.000,- +Sertifikat

Ø Juara III : Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Sertifikat

Ø 5 Juara Favorite : Uang Tunai @Rp 1000.000,- + Sertifikat

v 25 Peserta Beruntung : Uang Tunai @Rp 250.000,- + Sertifikat

v 25 Peserta Beruntung : Uang Tunai @Rp 100.000,- + Sertifikat

v Seluruh Peserta : Sertifikat Penghargaan

KESENIAN PANJIDOR

"KESENIAN PANJIDOR"

Bertahan tanpa harapkan belas kasihan


Atur rombo para sesura

blajarane kulonprogo

samiya ingkang samiya

rawuh mriksa ingkang samiya rawuh


Bening dan berat suara penyanyi yang keluar dari corong mikrofon dengan nada timur tengahan terdengar meriuh seiring bunyi rebana yang ditabuh bersama jidor, dan stambul.

Selang beberapa saat, barulah seorang pria masuk ke dalam pentas diikuti oleh seorang pria lain yang berperut lebih buncit. Setelah puas bergaya bak seorang prajurit, kedua pria itu lantas bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Jawa.

Merekalah Umarmaya dan Umarmadi. Dalam Babad Menak, kedua tokoh ini memang seperti menjadi aktor utamanya. Sesuai dengan cerita sebenarnya, dalam setiap pementasan Panjidor, Umarmadi memang selalu ditampilkan dalam bentuk tokoh lelaki berperut buncit dan bergelagat jenaka. Sejatinya, sama halnya dengan Umarmaya, Umarmadi juga merupakan seorang penguasa, hanya saja jika Umarmaya adalah raja, Umarmadi adalah seorang Kepala Penasehat dari Raja Menak, raja yang hendak dikalahkan oleh Umarmaya. Akhirnya dirinya dikalahkan oleh Umarmaya hingga akhirnya keduanya menjadi kawan baik, dan kemudian Raja Menak pun berhasil ditaklukkan.

Begitu pula dalam pentas tarian yang nota bene merupakan satu-satunya di Indonesia ini, kedua tokoh ini memang menjadi pusat cerita.

Adalah Panjidur, nama tarian yang berasal dari Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan ini memang merupakan tarian yang ceritanya mengadopsi dari babad Menak yang menceritakan tentang peperangan antara orang mukmin dengan kaum kafir. ”Sehingga kebanyakan memang cerita tentang pasukan Paserbumi,” ungkap Ponijo, pembina kelompok Panjidur Langen Kridhatama yang merupakan kelompok kesenian pemilik Panjidur.

Meski tidak sepopuler dan setua Tarian Angguk, ternyata siapa yang menyangka jika Panjidur ini juga terbilang berusia sudah cukup tua. Betapa tidak, tarian ini sudah ada di Kulonprogo sejak 1948. Saat itu, Sastrodiwiryo, seorang tokoh seni asli Kulonprogo mendirikan Kelompok Seni Langen Kridhatama.

Saat itu pula, seniman tersebut mengembangkan gerakan-gerakan tarian yang terilhami oleh kisah peperangan yang terdapat di Babad Menak, atau yang biasa dikenal dengan Perang Babad.

Hingga kini, Kelompok Seni Langen Kridhatama telah diturunkan kepada beberapa generasi. Meski demikian, ternyata tidak ada perubahan kecuali hanya sebatas modifikasi-modifikasi gerakan yang memang disesuaikan dengan karakter para penarinya. ”Kalau syair-syairnya tetap diturunkan dari dulu-dulu. Kalaupun ada yang berubah, itu mengikuti pesanan,” candanya.

Kini, meski tak mendapatkan dukungan finansial dari pemerintah barang sepeserpun, kelompok kesenian itu tetap bertahan dengan keadaan yang seadanya.

Untuk mencukupi kebutuhan 60 orang anggotanya, tentu Ponijo harus memutar otak. Oleh karena itulah, kemudian dia coba mengomersilkan Panjidor. Tentu saja dengan dikomersilkan seperti itu, selain dirinya kemudian bisa menghidupi seluruh anggota kelompoknya, dirinya juga bisa lebih menyebarluaskan Panjidor hingga keluar Kulonprogo, bahkan sesekali, dirinya mendapat tawaran untuk bermain di luar DIY.

Biasanya, jika melayani pesanan seperti itu, kelompoknya sanggup menari semalam suntuk. Baginya, ini lebih mudah. Ibarat sebuah pentas teater, Panjidor yang ditampilkan semalam suntuk merupakan sebuah jalinan cerita yang utuh. ”Kalau kami pentas semalam suntuk, ada penari perempuan yang akan tampil,” ucapnya.

Memang, idealnya, Panjidor ini hanya dibawakan oleh laki-laki. Selain karena memang menceritakan tentang kisah prajurit, gerakan-gerakan Panjidor ini memang sejak awal sudah diciptakan untuk laki-laki. ”Jadi agak sulit jika ditarikan oleh perempuan. Kalaupun ada perempuan hanya sebagai figuran saja,” ucapnya.

Dengan uang hasil tanggapan yang berkisar antara Rp. 4-6 juta setiap kali tampil itulah, kelompok tersebut bisa bertahan. Mulai dari pembelian konsumsi untuk latihan yang digelar setiap sebulan sekali pada malam minggu wage hingga pengadaan kostum diambilkannya dari uang hasil tanggapan itu. ”Itu pun kami dapat tanggapan tidak rutin setiap bulan ada,” ucapnya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpor) Kulonprogo Sarjana mengakui bahwa selama ini memang belum ada perhatian secara khusus terhadap masing-masing kelompok seni. ”Tapi kami berupaya untuk terus memberikan apresiasi dan proteksi terhadap kesenian-kesenian asli Kulonprogo, salah satunya adalah Panjidor ini,” ungkapnya.