Label

Seni (14) Features (8) Informasi (8) Budaya (6) Puisi (5) Tokoh (4) Lensa (3) Sastra (3) Buku (2) Umum (2) Cerpen (1) Komunitas (1) Resensi (1)

Tuesday, July 22, 2014

Rayakan Kebebasan, Ekspresikan Kenangan

Salah satu adegan dalam pentas Departure



Sorot lighting mempertajam detail tegasnya akar-akar tunjang pohon beringin. Gerak tubuh tanpa dialog para aktor dan iringan musik dengan tempo rendah membuat suasana malam itu kian terasa khidmat dan mistis.

Dalam pertunjukan teater bertajuk Departure yang digelar di kompleks kampus Sanata Dharma, Minggu (20/7) malam itu, 8 orang aktor memang terlihat tampil dengan gerak tubuhnya masing-masing. Meski terpusat pada latar pohon beringin besar di pusat halaman yang biasa disebutsebagai Beringin Sukarno, namun nyatanya setiap gerak tubuh yang mereka tampilkan nyaris tak terkait satu dengan lainnya.
        Dengan gerak tubuhnya masing-masing mereka seperti ingin menyampaikan suatu pesan. Seperti tema pertunjukan itu sendiri, yakni Departure, mereka seperti ingin menunjukkan kepada penonton, bahwa hakikat keberangkatan itu sendiri bukanlah dimana kaki kita akan berpijak nantinya, tapi lebih pada bagaimana cara kaki kita melangkah ke titik yang akan dituju. Di situlah peran dari kenangan dan ingatan. Inilah yang hendak disampaikan 8 aktor dalam pertunjukan yang melibatkan 3 kelompok teater asal DIY itu.
        Pertunjukan dimulai dengan aksi gerak tubuh salah satu aktor berkostum perempuan. Aktor ini membuka pertunjukan dengan melakukan eksplorasi terhadap reranting pohon beringin menjuntai seperti tirai, yang kemudian diikuti oleh penampilan aktor lainnya.Uniknya, kedelapan aktor dalam pertunjukan arahan sutradara sekaligus aktor teater asal Thailand, Kage Mulvilai itu tidak hanya berpusat pada Beringin Sukarno saja. Mereka juga bebas melakukan eksplorasi terhadap beberapa pohon lainnya yang ada di sekitar pohon beringin itu.
       Setelah hampir 1,5 jam, pertunjukan pun ditutup dengan penampilan sang sutradara, Kage Mulvilai yang menampilkan gerak tubuh tanpa dialog. Melalui gerak tubuhnya yang dinamis, seniman yang berproses di kelompok teater Be Floor Thailand itu seperti hendak menampilkan kenangannya akan masa-masa otoriter di negaranya yang memang hingga kini masih dirasakannya memberangus kebebasan berekspresi para seniman seperti dirinya. Semua orang punya kenangan dan ingatan. lihat parade foto
      Begitu juga saya. Melalui pentas inilah saya ingin menunjukkan ingatan saya itu melalui tubuh saya," ungkap Kage saat berbincang dengan Harian Jogja seusai pentas.Kage juga menambahkan pentas yang digelarnya bersama 3 kelompok teater DIY itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan riset yang dilakukannya beberapa kota di Indonesia. Diakuinya, kini ia memang tengah melakukan riset tentang kebebasan berekspresi di Indonesia.
     Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami masa-masa kelam diberangusnya kebebasan berekspresi ini. Dari sinilah, Kage sepertinya ingin mewujudkan hal itu dalam bentuk pentas. Termasuk dengan pemilihan tema pertunjukan, Keberangkatan [Departure]. Dalam pementasan teater tubuh itu, Kage ingin menyampaikan pesan bahwa tema Departure jangan hanya dimaknai secara leksikal oleh penonton. Ia ingin penonton memaknainya lebih personal.
     Tentu saja, hal itu bisa dilihat dari tiap gestur dan akting tubuh yang dilakonkan setiap aktornya. Tema Departure dimaknainya sebagai langkah awal untuk menuju kebebasan manusia untuk berekspresi. Bagi Kage, langkah awal itu bisa diwujudkan dalam bentuk pengungkapan atas kenangan dan ingatan seseorang akan masa lalunya.
     Mengenai konsep pertunjukan yang tanpa dialog, Kage menuturkan bahwa pihaknya sama sekali tidak memaksakan konsep pertunjukan kepada seluruh aktor. Ia memberikan kebebasan kepada aktor untuk mengekspresikan apapun yang menjadi ingatannya akan masa lalu. "Saya rasa, gerak tubuh adalah memang cara paling jitu untuk mengungkapkan masa lalu. Bagaimanapun, keberangkatan itu selalu dimulai dari ingatan dan kenangan," tegasnya.**

No comments:

Post a Comment